News

16Nov

Menuju Indonesia Emas

social, political, government

Begitu cepatnya waktu berlalu sejak kemerdekaan RI di tahun 1945,Indonesiaakan menyambut peringatan kemerdekaan yang ke-100 pada tahun 2045 mendatang. Harapan Indonesia Emas adalah negara ini menjadi makmur, maju, dan sejahtera pada peringatan kemerdekaan yang ke-100 nanti.

Saat ini negara Indonesia dapat dibilang memiliki usia yang cukup matang pasca kemerdekaan dari penjajah pada tahun 1945 yang diraih dengan penuh pertumpahan darah 72 tahun yang lalu. Perkembangan infrastruktur serta sumber daya manusia di negara ini terlihat sangat berbeda jika dibandingkan dengan puluhan tahun yang lalu, dimana negara ini masih sangat terbelakang di segala bidang. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dari ujung Sabang hingga ujung Merauke Indonesia dihadiahi dengan ‘kado pembangunan’ yang bertubi-tubi dari pemerintah pusat, rakyat seharusnya tidak lengah, dan terus memberikan dukungannya kepada pemerintah untuk dapat menyelesaikan ‘pekerjaan rumah tangga’ lainnya. Tak dapat dipungkiri, rakyat dapat menikmati infrastruktur baru maupun yang dulunya mangkrak berpuluh-puluh tahun, berupa jalan tol baru di daerah, jembatan penghubung antar daerah, bandara dengan fasilitas yang baik, pelabuhan, kantor perbatasan yang representatif, hingga banyak hal lain, yang dulu hanya dirasakan oleh masyarakat sebatas angan-angan belaka. Pajak yang dibayarkan oleh rakyat, kali ini dapat dimanfaatkan secara langsung. Hasilnya terlihat dan dapat dirasakan oleh semua pihak, maupun belum secara seluruhnya merata.

Contoh kehadiran negara yang seperti ini sebenarnya bukan merupakan sebuah prestasi khusus, melainkan sebuah tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setiap pemerintah kepada rakyatnya. Oleh karena sejak dahulu kita sulit melihat pemerintah melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut dengan baik, maka hasil kerja nyata pemerintah saat ini terlihat seperti prestasi yang luar biasa bagi rakyat, padahal tugas yang diemban seharusnya merupakan kewajiban suatu pemerintahan biasa yang dimiliki oleh negara-negara lain di dunia. Rakyat juga harus belajar bahwa dengan kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, diperlukan dorongan yang diwujudkan melalui kritik yang membangun serta sikap tertib dalam memelihara infrastruktur beserta fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah. Hubungan dan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan rakyat harus dijalin secara timbal balik, karena kita sebagai rakyat membutuhkan pemerintah, dan juga sebaliknya.

Ciri Khas Pemimpin

Pemimpin suatu negara biasanya memiliki ciri khasnya masing-masing. Pemimpin yang dibutuhkan Indonesiasaat ini adalah pemimpin yang lembut namun tegas, teguh dan berkeyakinan tinggi, jujur, konsisten, memiliki gayakomunikasi yang baik, dan memiliki ketulusan serta visi yang jelas demi kepentingan bangsa ini. Seorang pemimpin harus bekerja dengan baik tanpa memikirkan keuntungan pribadi (Sepi ing pamrih rame ing gawe). Dalam menjalankan pemerintahan, ia tidak boleh bekerja sendirian serta memikul seluruh beban dan persoalan bangsa sendiri. Ia harus mampu membagi tugas dengan bawahannya dan mengatur sistem kerja dengan baik, tanpa ada yang terlewat. Ia juga memberikan teladan serta menjadi eksekutor yang baik. Yang paling penting, seorang pemimpin tidak boleh memiliki jarak dengan rakyatnya. Karena program-program pemerintah bertujuan untuk menyejahterakan rakyat, dan bukan untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok tertentu.

Dalam perjalanannya menuju kepada Indonesia Emas 2045, negara ini membutuhkan pemimpin dengan standar kepemimpinan seperti presiden Jokowi. Persaingan antar negara semakin hari semakin ketat. Perkembangan teknologi dan sumber daya manusia akan menjadi tanpa batas. Bahkan mendatang, sumber daya manusia dapat dikalahkan dengan intelegensi artificial (artificial intelligence) dimana seluruh pekerjaan manusia akan digantikan oleh mesin (komputer). Untuk itu, pondasi yang kuat perlu ditanamkan sejak dini, karena kita tidak boleh tertinggal lebih lama lagi. Melalui “revolusi mental”, sikap malas harus digantikan dengan sikap bersaing secara positif, sikap rendah diri harus diganti dengan sikap percaya diri, sikap sewenang-wenang juga harus digantikan dengan sikap rendah hati. Seluruh sikap yang belum mencerminkan bangsa yang beradab harus ditinggalkan dan digantikan dengan sikap baru manusia beradab (civilized) untuk menuju kepada negara yang makmur, maju, dan sejahter. Mental yang “banting setir” -istilah yang disebutkan oleh Bung Karno dahulu- harus diikuti oleh seluruh elemen rakyat, mulai dari pejabat tinggi hingga siswa sekolah dasar.

Keteladanan yang ditunjukkan oleh presiden Jokowi telah terlihat semenjak beliau menjadi Gubernur DKI Jakarta di tahun 2012. Hingga kini menjadi presiden, ia tidak berubah. Kesederhanaan, kejujuran, serta ketulusannya selalu memberikan hikmah bagi rakyatIndonesia. Ini bukan merupakan pujian yang berlebihan, karena seluruh rakyat yang menyaksikan. Bahkan pada tanggal 8 November 2017 di Solo, presiden Jokowi mengadakan hajatan sederhana dikotakelahirannya, menghilangkan batas antara pejabat dengan rakyat biasa dalam resepsi pernikahan yang diadakan untuk dinikmati oleh seluruh rakyat dan dapat disebut sebagai pesta rakyat. Ini merupakan cerimanan kesederhanaan, persamaan tanpa pandang bulu, persaudaraan, toleransi dan yang penting semua tamu diperlakukan sama dan egaliter.

Namun, bukan berarti persoalan bangsa ini telah selesai di tangan presiden Jokowi. Masih banyak isu yang dihadapi oleh bangsa ini seperti antara lain terkait pendidikan, mafia peradilan, korupsi kolusi nepotisme, penegakan hukum yang lemah, pelanggaran hak asasi manusia, isu mengenai pluralisme dan perbedaan, isu SARA yang mengancam, isu mengenai mayoritas-minoritas yang tak seharusnya ada, kemiskinan, ketertinggalan di bidang teknologi dan industri,  perkembangan infrastruktur yang belum merata, persoalan ekonomi, politik, kesehatan, pariwisata, semuanya harus dapat dipetakan dengan baik untuk mendapatkan penyelesaian dengan strategi yang baik pula.

John Maxwell, seorang penulis dari Amerika Serikat, berkata bahwa: “A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way.” Seorang pemimpin harus memiliki kemauan, keberanian, dan keteladanan untuk mencapai visinya dan tidak bisa sok berkuasa, sok jaya, dan sok sakti (aja adigang, adigung, adiguna). Kursi panas seorang pemimpin tidak akan pernah luput dari kritik, tuntutan, demonstrasi, dan bahkan cacian dan hujatan dari rakyat. Namun hal tersebut tidak akan menjadi soal jika seorang pemimpin memiliki kepercayaan diri akan kemampuannya, memiliki integritas serta berpandangan luas. Pendek kata, 28 (dua puluh delapan tahun) mendatang, di peringatan kemerdekaan yang ke-100, Indonesia harus dapat menggapai cita-cita menjadi negara hukum (rechtsstaat) yang makmur, maju, dan sejahtera seperti yang telah diamanatkan oleh konstitusi negara Indonesia, UUD 1945, serta tetap bertumpu pada falsafah negara kita, Pancasila, sebagai “way of life” di dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara sehari-hari.

 

Written by Frans Hendra Winarta

Published on Suara Pembaruan

 

<< Back

Close

Search