19Sep
“Nation state is a group of people who want to live together because they have the same situation and conditions, currently and in the future have the same faith, therefore they decided to live in one united nation in the future.” – Ernest Renan
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini sedang memasuki masa sulit di mana Indonesia dihadapkan pada persoalan yang cukup berat mulai dari keadaan dalam negeri yang sedang mengalami defisit dalam anggaran belanja, defisit penerimaan pajak dan defisit perdagangan, tingginya utang luar negeri, persoalan merosotnya nilai tukar mata uang, belum lagi turunnya tingkat ekspor, harga kebutuhan pokok yang meningkat, dan lain-lain. Tentunya hal ini tak luput dari pengaruh ekonomi dunia yang sedang bergejolak sehingga menimbulkan dampak kepada seluruh negara termasukIndonesia.
Saat ini dollar AS menguat terhadap hampir semua mata uang di dunia. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan ekonomi Amerika Serikat serta keadigdayaan perekonomian Amerika Serikat yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi ekspor dan impor dalam neraca perdagangannya. Namun krisis dunia tidak seharusnya dijadikan kambing hitam atas penurunan ekonomiIndonesia. Dan sekarang bukanlah momen yang tepat untuk menyalahkan krisis dunia, ataupun perang moneter dan perdagangan antar negara adidaya, atau kejadian-kejadian internasional lain sebagai penyebab masalah domestikIndonesiatanpa berbuat apa-apa untuk mendayagunakan potensi dalam negeri dengan kebijakan yang jitu dan tepat sasaran.
Untuk itu, pemerintah Indonesiawajib melakukan tindakan yang konkrit untuk memperbaiki perekonomian Indonesiaterutama menyangkut menurunnya daya beli masyarakat karena hal ini akan menghambat pembangunan Indonesiake depan. Kalau saja pemerintah dapat memanfaatkan potensi dalam negeri seperti pariwisata, penghematan dalam anggaran belanja, efisiensi penggunaan APBN, kebijakan deregulasi dalam perdagangan dan perindustrian, meningkatkan ekspor, kemauan berkorban para pengusaha dan investor untuk berinvestasi di dalam negeri, penghapusan pungli dan regulasi yang menghambat pertumbuhan ekonomi, pemberian insentif bagi pengusaha dan investor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemberian tax holiday pada saat yang tepat, maka pengaruh krisis dunia dapat dihindarkan dan dilewati dengan aman. Kebijakan pemerintah (government policy) yang menghambat kegiatan ekonomi para pengusaha papan atas maupun pengusaha kecil menengah harus ditinjau ulang, karena pertumbuhan ekonomiIndonesia akan terwujud jika investasi terus masuk keIndonesia. Selain itu penyerapan anggaran juga penting untuk didorong karena sejauh ini banyak dana yang telah dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan dengan baik. Padahal jika penyerapan anggaran dapat berjalan dengan tepat dan efisien, maka pembangunan dalam berbagai bidang akan berjalan lancar.
Upaya Pengusaha Bela Negara
Untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesiasaat ini, para pengusaha dalam negeri membutuhkan jaminan kepastian hukum dalam berinvestasi di Indonesia, apalagi persoalan hukum seringkali lebih banyak menjadi hambatan dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi 5%- 8% tidak akan berhasil dicapai tanpa adanya jaminan kepastian hukum tersebut. Praktik suap dan praktik “backing” harus diberantas sehingga kondisi akan berangsur-angsur membaik. Potensi usaha kecil menengah harus diberi ruang untuk berkembang. Jumlah ekspor barang hasil industri ke luar negeri harus dipacu supaya meningkat dan memberikan efek bagi masyarakat kelas bawah yang paling terkena dampak dari kondisi ini. Karena persoalan-persoalan yang telah disebutkan tadi mengakibatkan dunia usaha menjadi lesu dan dapat mati karena tidak ada kepastian.
Dalam memperbaiki kondisi perekonomian menjadi lebih baik, harus ada upaya kerja sama yang dilakukan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat Indonesiaagar tidak terbawa arus kepanikan yang terjadi saat ini. Perbaikan kondisi perekonomian Indonesiajuga harus didukung oleh para pengusaha dalam negeri berupa komitmen dalam pembangunan nasional c.q pengusaha papan atas.
Memang, niat para pengusaha papan atas berkomitmen untuk untuk mempercepat penyelesaian proyek, meningkatkan investasi, dan menyerap tenaga kerja lebih banyak untuk menghadapi puluhan proyek perlu diapresiasi (Bisnis Indonesia, 27 Agustus 2015). Namun, komitmen saja tidak cukup. Perlu ada pembuktian yang riil, para pengusaha bisa memulainya dari hal sederhana seperti menarik kembali uang yang diparkir di luar negeri keIndonesia untuk digunakan investasi dalam jangka panjang dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri.
Para pengusaha papan atas yang notabene sebagian besar dilahirkan dan dibesarkan di Indonesiaharus ikut berjuang, menderita bersama-sama memperbaiki ekonomi bangsa Indonesiayang sedang krisis. Indonesiajangan dipandang hanya sebagai tempat menumpang yang bisa ditinggalkan begitu saja tatkala ada krisis, namun sebagai tanah air yang dicintai dan dibela dengan segenap hati, jiwa, dan raga. Hal ini selaras dengan konsep negara bangsa (nation state). Sebagai satu bangsa, seharusnya penderitaan yang satu merupakan penderitaan yang lain pula. Bukannya justru penderitaan yang satu adalah sarana mendulang keuntungan bagi yang lain. Singkat kata merasa senasib sepenanggungan.
Bukankah itu pengertian bangsa yang sesungguhnya? Ernest Renan, filsuf kenamaan Perancis, mengemukakan bahwa sebuah bangsa merupakan suatu solidaritas besar yang dibentuk oleh perasaan pengorbanan yang telah dilakukan dan pengorbanan yang masih ingin dilakukan. Maka, pengorbanan merupakan sebuah ciri kebangsaan yang tak akan lekang oleh zaman. Namun, pengorbanan akan kehilangan nilainya apabila ia dilakukan justru untuk keuntungan sendiri yang lebih besar. Pengorbanan, apalagi dalam konteks kebangsaan, akan kehilangan nilainya jika tidak dilakukan dengan dasar nasionalisme yang sejati dan bukan palsu. Sistem nilai seperti inilah yang harus dibangun ke depan. Para pengusaha sebagai pelaku ekonomi perlu mengingat ungkapan Presiden AS John F. Kennedy di masa lampau, ”Ask not what your country can do for you, but ask what you can do for your country”.
Karena itu, merupakan kewajiban para pengusaha papan atas juga untuk mengatasi pelemahan ekonomi saat ini. Apalagi, ada pengusaha papan atas dalam negeri yang telah menerima Bintang Mahaputera sebagai tanda kehormatan atas jasa, pengabdian, dan pengorbanannya di bidang ekonomi bagi Indonesia. Di saat kritis seperti ini, yang lebih krusial adalah kontribusi nyata untuk memperbaiki kondisi perekonomian menjadi lebih baik dan tidak terjebak dalam krisis ekonomi seperti yang terjadi di dunia saat ini. Maka, janji para pengusaha jangan hanya retorika. Sebagaimana pepatah lama mengatakan: “Rakyat minta bukti, bukan janji."
Written by Frans Winarta
Published on Koran Sindo